Dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah, kantor, gedung, pabrik, industri, ditempat ibadah terutama masjid pasti kita sering menemukan penampung air. Penampung air bisa berupa ground tank, roof tank, tanki air atau sering disebut tandon air dan bermacam-macam penampung air lainnya. Tujuan dibuatkannya penampung air adalah untuk menampung sekian liter/meter kubik air dengan jumlah yang banyak atau minimal untuk keperluan dalam jangka waktu tertentu. Ini diperlukan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu sumber supplai air tidak dapat mensuplai air karena adanya gangguan pada jaringan air (biasanya PAM) atau di daerah yang kering karena sumur utama tidak dapat disedot lagi oleh pompa dan harus menunggu waktu satu hari untuk bisa disedot.
Penampungan/tanki air yang berada di atas atap rumah/gedung pastinya memerlukan pompa untuk mengisinya, dan untuk menghidupkan pompa tersebut diperlukan orang untuk melakukannya. Sedangkan ketika orang lupa menghidupkan pompa dan air dalam tanki sudah hampir habis, maka ini bisa mengganggu rutinitas yang ada hubungannya dengan konsumsi air, begitu juga ketika orang lupa mematikan pompa dan air dalam tanki sudah hampir penuh dan meluber, maka ini juga pemborosan, baik pemborosan air maupun pemborosan energi listrik. Untuk mengantisipasi masalah di atas, maka diperlukan sebuah sistem atau alat yang bisa mengendalikan kerja pompa, yaitu dengan Water Level Controller(WLC).
Water Level Controller (WLC) atau dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut pengendali level/ketinggian air adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengendalikan atau mengatur ketinggian air dalam suatu penampung atau tanki air secara otomatis. Ketika air dalam tanki akan habis, maka sensor yang terletak dibagian bawah tangki akan mendeteksi kekosongan air sehingga akan memberikan sinyal ke WLC untuk memberikan perintah berupa pengisian air ke dalam penampung/tanki. Ketika air sudah berada di level atas maka sensor akan mendeteksi tingginya air sehingga akan memberi sinyal ke WLC untuk memberi perintah berupa mematikan pengisian air,dan begitulah seterusnya.
Ada berberapa jenis peralatan WLC yang bisa ditemui, yaitu:
1. Mekanik (Pelampung)
Pelampung atau istilah pasarannya adalah floating valve merupakan WLC yang banyak digunakan orang untuk mengatur level air agar tetap pada ketinggian tertentu. Pelampung ini bisa bergerak naik turun mengikuti level air. Ketika air turun dan bola pelampungnya tidak mendapat gaya ke atas oleh air maka keran/valve pada pangkal lengan pelampung akan membuka, dan air mengalir ke dalam tanki/bak air hingga level air mengangkat bola pelampung ke atas dan menutup kembali keran/valve dan air tersumbat/berhenti mengalir.
Pelampung semacam ini paling cocok digunakan pada tanki/bak air yang menggunakan supply air dari sumber tertentu yang memanfaatkan gravitasi sebagai kekuatan aliran airnya, misalnya dari roof tank/tandon air ke bak mandi. Hal ini dimaksudkan agar bak mandi selalu terisi penuh oleh air. Sedangkan jika menggunakan supply air dari sumber yang memerlukan pompa air maka pelampung ini kurang cocok, karena pompa air juga masih akan sering start-stop, seperti dijelaskan di atas, ini pemborosan energi listrik.
2. Semi Elektrik-Mekanik
Peralatan WLC ini bekerja menggunakan prinsip elektrik tetapi masih menggunakan bola pelampung yang berfungsi sebagai sensor level air. Pelampung dihubungkan dengan tali dari sistem pensaklaran (secara mekanik) setinggi level air yang diinginkan untuk dikontrol.
Digunakan 2 pelampuang untuk melakukan penginderaan/sensoring level air secara otomatis, yaitu level atas dan level bawah. Pelampung pada level bawah dihubungkan ke sistem pensaklaran yang akan menghidupkan pompa pengisi tanki sedangkan pelampung pada level atas dihubungkan ke sistem pensaklaran yang akan mematikan pompa ketika air dalam tanki sudah hampir penuh.
Prinsip elektrikalnya menggunakan relay untuk mengatur sistem pensaklaran yang dihubungkan dengan bola pelampung. Adapaun jumlanya cukup dengan sebuah relay saja yang mempunya 2 kontak NO/NC. Berikut gambar rangkaina relay yang mengatur pensaklaran dari bola pelampung.
Penjelasan Gambar :

L = Line PLN 220 VAC; N= Netral; S0= Selector switch untuk mengubah mode auto/manual; S1= saklar N/O yang dihubungkan secara mekanik ke pelampung level bawah; K1 (13-14)= Koil Relay; K1(5-9) dan (8-12)= kontak N/O relay; S2= saklar N/C yang dihubungkan secara mekanik ke pelampung level atas; S3= Saklar N/O untuk mode manual; M= Motor (pompa).
Keunggulan WLC SEM ini jauh lebih baik dibandingkan dengan sistem pelampung biasa. Perbandingan ini mengacu pada level air yang ingin dikontrol adalah sesuka hati kita, dimana level air yang ingin dikontrol disesuaikan dengan panjang penghubung bola pelampung (benang/senar). Jadi jarak level air terendah dan tertinggi bisa sesuai keinginan, sednagkan menggunakan pelampung /floating valve hanya sebatas pada tinggi rendahnya ayunan lengan pelampung yang mengakibatkan pompa masih sering start-stop. Untuk perbandingan harga, WLC SEM lebih murah dari Floating Valve bahkan ini bisa kita buat sendiri dengan memanfaatkan barang-barang bekas di rumah kita kecuali relay dan selector switch.
3. Electrics WLC
Electics/Electronics Water Level Control ini sebenarnya sekedar pengembangan dan revisi dari semi eletrik-mekanik dimana terdapat perubahan total pada skema rangkaian sehingga tidak lagi menggunakan pelampung (mekanik) . Dibangun menggunakan 2 buah Transistor 2SC1815 sebagai penguat sensor menggerakkan 3 buah NAND Gate MC14093 dari Motorola atau CD4093 yang membentuk sebuah RS Flip-Flop dan sebuah Inverter. Sebuah penyangga BD139 digunakan untuk menggerakkan Relay 8 Pin yang berfungsi sebagai Saklar Pompa Air. 2 buah LED untuk Indikator Aktif Rangkaian dan Aktif Relay (Pompa ON – OFF).
Proses pembuatan PCB untuk rangkaian Water Level Control bisa dilakukan dengan cara manual maupun dengan bantuan komputer. Pembuatan gambar jalur PCB menggunakan komputer dapat dilakukan dengan bantuan Software PCB Designer 1.54 dan untuk artikelnya silahkan kesini.
Skema Lengkap Rangkaian WLC :
0 komentar: